NAFAS SETAN
Sekonyong-konyong mata Danar
membelalak karena terkejut. “Ini tidak mungkin! Kamu pasti memanipulasi video
itu kan? Pembunuh itu..., dia pasti bukan aku! Aku tidak pernah dan tidak akan
membunuh orang!” ucapnya hampir berteriak. Bayangan darah dan pisau yang
menancap di perut masih saja terus terngiang-ngiang di otaknya. Bahkan cipratan
darah itu sampai ke wajahnya. Dan dia sendirilah yang membunuh orang itu. Carlo
tersenyum santai. “Apapun itu, yang pasti sekarang kamu adalah buronan polisi.
Kamu adalah pembunuh! Penjahat!” Ujar Carlo.
Danar menggeleng-gelengkan kepalanya dengan wajah orang
frustasi. “Aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan. Bahkan membuatmu
membunuh orang sekalipun.” Ucap Carlo sambil tersenyum. “Bagaimana kamu
melakukannya? Aku sama sekali tidak sadar dan tidak tahu dengan semua hal itu.
Kamu meghipnotisku?” Todongnya sambil menatap tajam mata Carlo yang kecoklatan.
“Aku memang punya kekuatan untuk mempengaruhi seseorang. Dan sekarang, masa
depanmu ada di tanganku. Kalau kamu memang tidak mau dipenjara, ikuti semua
perintahku. Dan kalau kamu berani melapor, kamu akan mati!” Kali ini Carlo
tidak menunjukkan senyumannya. Ia menatap mata Danar dengan tajam. Danar tak
bisa lagi berkutik. Keringat dingin membasahi wajahnya. Semua ini jauh lebih
menakutkan dari apapun. Seakan-akan sebuah teror yang bisa membinasakannya
kapan saja. Sebuah teror yang mematikan. “Apa aku harus jadi pembunuh lagi?”
Tanyanya takut-takut.
==
“Ada permintaan untuk membunuh
seseorang dan aku ingin, kalian yang melakukannya.” Ucap Carlo sambil
menyerahkan foto dan data incaran korbannya. “Baik. Kami akan melakukannya.”
Kedua orang itu pergi keluar. Carlo tersenyum sambil menatap sekelilingnya.
Sebuah sirkuit arena balap motor yang
masih setengah jadi. Namun walau begitu, arena ini terlihat megah dan
menantang. Ia sendiri yang membuat sirkuit balap motor yang ada di dalam rumah
besarnya itu. “Sebentar lagi, semuanya akan jadi. Aku hanya perlu waktu sedikit
lagi.” Ujar Carlo lalu menyesap kopinya dengan nikmat. Pikirannya melayang pada
memory masa lalu.
“Suatu
saat nanti aku akan jadi pembalap motor yang hebat. Aku ingin membuat arena
balap motor sendiri yang hebat dan keren.” Ucap Carlo kecil. “Anak kecil!
Impianmu itu terlalu tinggi! Kita ini kan orang miskin. Sadar! Hidup kita sudah
cukup menderita.” Ibunya mendorong kepalanya dengan kasar. Ia menendang motor
mainan milik Carlo. Carlo kecil menangis. “Aku pasti bisa, bagaimanapun
caranya.” Batin Carlo kecil. Ia harus
menunjukkan pada semua orang bahwa dia bisa.
==
Tommy mengumpulkan data-data tentang
kriminalitas dalam beberapa bulan ini. Alis Tommy berkedut-kedut. “Ehm,
sepertinya semua mengacu pada kejahatan geng motor. Aku harus segera
menyelidikinya.” Diam-diam, Tommy memasang kamera pengintai di beberapa tempat
tersembunyi pada daerah yang paling sering terjadi kejahatan. Ia juga mulai
menyelidiki satu persatu profil para geng motor. Diam-diam ia memata-matai
orang-orang itu.
Tommy menonton video hasil
pengintaiannya. Terlihat pelaku sedang melakukan aksinya dalam mencuri dan
membunuh orang itu. Namun Tommy merasa ada sesuatu yang janggal. Pelaku itu,
seakan-akan bertindak seperti robot. Pandangan matanya terlihat kosong. Seperti
ada yang mengendalikannya. Seperti sedang di hipnotis. Ia memutar ulang semua
video yang didapatnya dari kamera pengintai. Hampir semua pelaku menunjukkan
hasil yang sama, walaupun pelakunya berbeda-beda. Ia mulai curiga. “Ada yang
aneh. Apa mereka di hipnotis?” Tommy membuka internetnya dan mulai mencari
data-data tentang hipnotis. Memang ada banyak kejahatan yang dilakukan dengan
hipnotis tapi bukan kejahatan seperti ini. Menghipnotis untuk membunuh dan
mencuri. Sesuatu menarik perhatiannya. Ia mengambil ponselnya dan sibuk
menelepon seseorang. “Aku ingin bertanya tentang hipnotis.” Ujarnya di telepon.
==
Tommy berhasil menemukan salah satu
pelaku pembunuhan. Ia tinggal di daerah kumuh dekat TKP. “Ada hal penting yang
ingin aku tanyakan.” Danar tampak terkejut. Mendadak wajahnya terlihat pucat.
“Aku tidak bersalah. Sungguh. Aku bersumpah. Aku tidak membunuhnya.” Ucapnya
ketakutan. “Ya. Aku hanya ingin menanyakan....” “Ah, kamu pasti anak buahnya.
Aku tidak mau berurusan dengan kalian lagi. Aku tidak mau!” Sela pria muda itu
berteriak-teriak bagaikan orang tak waras. “Tenanglah. Aku tahu hal itu dan aku
akan membantumu.” Ucap Tommy berusaha menenangkan orang itu. Danar mulai
sedikit tenang walaupun matanya masih penuh selidik. “Aku Tommy dari
kepolisian.” Ucap Tommy lagi. Danar menoleh ke arah luar rumahnya, memastikan
tidak ada yang melihat dan mendengar mereka. Cepat-cepat ia menyuruh Tommy
masuk ke dalam rumahnya yang kecil.
“Ini benar-benar masalah yang gawat!” Ucap
Danar panik. “Kau bisa jelaskan semuanya padaku.” Danar menghela nafasnya
berat. “Aku tidak pernah merasa membunuh orang. Tapi dia menunjukkan video
itu.” Ucapnya. Tommy mendengar tidak sabar. “Aku rasa, dia bisa hipnotis. Dia
bisa membuat orang lain menuruti semua perintahnya. Dia bahkan bisa
mempengaruhiku untuk membunuh padahal aku sama sekali tidak ingat kalau aku
pernah membunuh orang. Karena itu, dia berhasil mengancamku untuk terus
melakukan semua yang dia perintahkan supaya rahasiaku tentang pembunuhan itu
tidak sampai ke tangan polisi. Tapi aku sudah capek dengan semua ini. Aku tidak
mau lagi membunuh dan mencelakakan orang lain. Baik waktu aku sadar atau waktu
aku tidak sadar. Aku tidak mau.” Jelas Danar. Keringat membasahi dahinya.
“Aku ingin kamu
menangkapnya. Dia adalah dalang dari semua kejahatan yang terjadi. Aku dan
orang-orang lainnya hanya seperti robot yang diperintahkannya. Kami sendiri
tidak bisa menolak.” Ucapnya lagi. “Apa yang kau ingat sebelum kejahatan itu terjadi? Apa mungkin kamu
meminum atau memakan sesuatu sehingga kau tidak sadar? Cobalah mengingat.” Ucap
Tommy setengah memohon. Ia harus segera mengetahui semuanya. Danar mencoba
berpikir. Mengingat kembali hari-hari sebelumnya.
“Aku bertemu pertama kali dengan orang tak dikenal itu
ketika sedang berjalan-jalan. Lalu dia memanggilku dan aku menoleh ke arahnya.
Setelah itu, aku tidak ingat apapun. Dia berhasil menghipnotisku. Kemampuannya
benar-benar hebat.” Ucapnya. Tommy mengerutkan alisnya dan terdiam beberapa
saat. Danar menghembuskan nafasnya panjang. “Siapa orang itu? Kamu
mengenalnya?” Tanya Tommy. “Dia punya tato di lengan kanannya. Ia menyebut
dirinya nafas setan karena pengaruhnya yang seperti setan. Aku hanya tahu itu.”
Tommy mengerutkan alisnya. “Nafas setan dan hipnotis?” Tiba-tiba saja suara
gebrakan pintu terdengar. “Keluar kau!” Teriak seorang pria dari depan rumah
Danar. “Mereka ada disini! Mereka akan membunuh kita!” Ujar Danar panik. “Kau
punya pintu lain untuk keluar dari rumah ini? Atau tempat persembunyian yang
aman? Ruang rahasia?” Tommy ikut panik. “Ikuti aku!” Tommy mengikuti Danar.
Suara kaca pecah terdengar heboh. Mereka juga berteriak-teriak memanggil Danar.
Gerombolan geng motor itu berhasil masuk ke dalam.
Danar dan Tommy masuk ke dalam kamar. Danar mengambil
sesuatu dari laci mejanya. Sebuah pistol. Keringat dingin membasahi wajah Danar
dan Tommy. Gebrakan pintu kamar membuat jantung mereka semakin berdegup
kencang. Sesaat suara itu tak terdengar lagi. Pelan-pelan, Danar mengintip dari
lubang kunci pintunya. Tiba-tiba suara tembakan terdengar lagi. Tommy terkejut
dengan pemandangan yang ada di depan matanya. Danar terjatuh dan darahpun
mengalir deras membasahi lantai. Peluru itu berhasil menembus pintu dan melesat
langsung ke dalam perut Danar. Percikan darah Danar ikut membasahi wajah Tommy.
Tommy terdiam. Mungkin terlalu shock.
Ia mengangkat tangannya tanda menyerah. Gerombolan itu langsung masuk dan menyergap
Tommy lalu membawanya ke markas besar mereka, yaitu rumah Carlo yang besar.
==
Carlo tersenyum mendapati tawanannya
yang seorang polisi investigator ini. Ia mengikat kedua kaki dan tangan Tommy.
“Lihat! Sirkuit balap motor ini sudah hampir selesai. Kelihatan bagus kan?”
Ucap Carlo pada Tommy. Tommy terpanah melihat pemandangan di depannya. Sebuah
arena balap motor yang menurutnya sangat bagus dan menarik. “Jadi untuk membuat
semua ini, kamu memanfaatkan orang-orang itu?” Tanya Tommy. Carlo mengangguk.
“Aku menggunakan kemampuan hipnotisku untuk membuat mereka menuruti semua
perintahku.” Tawanya penuh kesombongan. “Hipnotis?”
Carlo tersenyum.
“Ya. Nafas setan.” Ucap Carlo. “Apa maksudmu dengan nafas setan?” Kali ini
Carlo tertawa. “Aku punya nafas setan untuk bisa melakukan semuanya.” Tommy
mengernyitkan alisnya. “Aku tahu, kamu pasti bingung kan? Aku akan
menunjukkannya padamu. Nafas setan itu.” Carlo mengambil serbuk di tangannya
dan meniupnya tepat di hadapan Tommy. Pandangan Tommy mendadak kosong, seperti
sedang dihipnotis. Carlo melepaskan ikatan Tommy. “Bunuh para polisi lainnya!”
Suruh Carlo. “Baik.” Bagaikan robot, Tommy berjalan pergi keluar dari rumah
Carlo.
Carlo tersenyum puas. Ia berjalan keluar rumah ingin
menyaksikan saat-saat Tommy menjadi robotnya. Namun seseorang tiba-tiba
menghadangnya. Para polisi memborgol kedua tangannya. “Kau sudah dikepung!” Pasukan
polisi sudah memenuhi rumahnya. Semua anak buahnya yang selama ini menjadi robotnya,
berhasil dilumpuhkan. Tommy yang tadinya seperti robot, sekarang malah berdiri
di hadapannya sambil tersenyum. Carlo terkejut. “Bukannya tadi aku sudah
meniupkan...”
“Nafas setan?” Sela Tommy. Carlo terkejut untuk kedua
kalinya. “Sebenarnya kamu tidak punya kemampuan untuk menghipnotis. Tapi kamu
mempengaruhi pikiran mereka dengan nafas setan atau scopolamine yang terbuat dari pohon borrachero. Kamu sengaja meniupkan serbuk scopolamine
itu. Obat yang mempunyai kemampuan persis
seperti hipnotisme membuat memori otak korban berhenti bekerja, sehingga dia
dapat diperintah melakukan apa saja di luar kesadarannya. Usaha yang begitu
fantastik. Menggunakan zat yang tidak berbau, tak berasa dan tak berwarna
sehingga akan sulit diketahui orang lain.” Celoteh Tommy menjelaskan semua yang
diketahuinya. ‘Sebenarnya, scopolamine
dalam dosis yang rendah, digunakan untuk mengatasi beberapa gangguan penyakit
dalam kedokteran, tapi kamu malah memanfaatkannya untuk kejahatan. Benarkan
semua kata-kataku?”
“Kau tahu semuanya?
Bagaimana bisa?” Tanya Carlo bingung. “Aku memang tidak percaya dengan tipuan
hipnotis jadi aku mencari tahu kemungkinan lain yang persis dengan hipnotis dan
aku menemukan scopolamine itu. Berkat
informasi dari Danar, semua bertambah jelas. Diam-diam, aku membawa kamera
pengintai di dekat bajuku jadi orang dari seberang sana, bisa mengetahui
semuanya dan membantuku. Dia memanduku dengan microphone kecil di telingaku ini, yang sengaja aku tutupi dengan
rambutku agar tidak ketahuan. Jadi, sewaktu kamu meniupkan nafas setanmu itu,
aku berusaha menahan nafas agar tidak terkena pengaruhnya.” Tommy tersenyum
santai.
“Terima kasih
Dokter Daniel, yang sudah memandu dan menginformasikan tentang tipuan hipnotis
itu, juga yang sudah memanggil pasukan polisi untuk segera menangkapmu.” Dokter
Daniel tersenyum. “Sirkuit ini belum
selesai dan untuk menyelesaikan semua impianmu ini, kamu mendanainya dengan
uang hasil kejahatan. Kamu mencari pasukan untuk membantumu melakukan semuanya,
yaitu dengan bantuan nafas setan. Membuat mereka terpengaruh dan melakukan
semua yang kamu perintahkan dan setelah itu mereka akan lupa dengan perbuatan
yang dilakukannya.” Jelas Tommy lagi.
“Kau benar-benar
hebat.” Puji Carlo sambil tersenyum sendu. Tommy menatap wajah Carlo dengan pandangan
penuh belas kasihan. “Mempunyai impian seperti itu memang hebat tapi bukan
begini caranya. Impian yang baik harus diimbangi dengan usaha yang baik. Kau
tahu? Scopolamine dari pohon borrachero memang bisa menjadi nafas
setan yang berbahaya dan mematikan tapi scopolamine
dari pohon yang sama juga bisa menjadi terompet malaikat yang dapat
menyembuhkan dan memberi kehidupan. Kamu hanya perlu memilih yang benar.
Menjadi nafas setan atau terompet malaikat kehidupan.” Ucap Tommy. Carlo hanya
mendengus saja. Tommy menepuk pundak Carlo. “Jangan khawatir, aku akan
membantumu menyelesaikan sirkuit balap itu. Aku juga menyukainya.” Bisik Tommy
sambil tersenyum.
==THE END=
Komentar
Posting Komentar