KING, KUDAKU, SAHABATKU


                Andi memperhatikan Ayahnya yang sedang asyik memandikan kudanya. King, nama kuda itu. Kuda sadel yang gagah berwarna hitam kecoklatan itu mengibas-ngibaskan ekor panjangnya yang berambut halus. 

               “Nah, King. Sekarang kamu sudah bersih,” ucap Brahma, Ayahnya. Sehari-hari, Ayah Andi bekerja sebagai penyewa tunggangan kuda. Memang di daerah tempat tinggalnya ini, banyak didatangi para wisatawan yang ingin berlibur. 

               Udara yang sejuk dan pemandangan alam yang indah, membuat tempat ini menjadi tempat wisata yang menarik. Kuda-kuda banyak berkeliaran di daerah ini. Beberapa wisatawan akan menyewa kuda untuk ditunggangi sambil menikmati pemandangan alam yang indah. 
              
              “Setelah ini, aku mau naik kuda. Aku belum pernah menunggang kuda. Padahal Ayah seorang penyewa kuda untuk tunggangan,” ucap Andi. Ia mendekati Ayahnya dengan kursi rodanya. 

               “Ayah hanya tidak mau kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan denganmu. Kondisi fisikmu kan lemah. Kamu juga tidak bisa berjalan,” ujar Ayahnya. 

               “Hanya sekali saja deh! Aku sangat ingin menunggang kuda. Aku ingin tahu bagaimana rasanya. Lagipula, aku sangat menyukai King.” Pinta Andi. Ia memohon-mohon agar Ayahnya mengizinkannya naik kuda. Memang kondisi fisiknya cukup lemah. Sejak bayi, kakinya tak bisa digerakkan. Kakinya lumpuh dan ia juga sering sakit-sakitan.
                Brahma menghela nafas panjang. 

“Ya sudah. Kamu boleh menunggang King tapi Ayah yang akan mengawasi dan menjagamu.” Andi tertawa senang. 

“Asyik! King, kita akan jalan-jalan ya?” ujar Andi sambil mengelus kepala King yang menunduk. King mengeluarkan suaranya lalu mengibas-ngibaskan ekornya. Ekornya yang masih basah terkena air, terciprat ke wajah Andi. Andi tertawa. 

“Dasar nakal!” Andi sangat menyayangi kuda itu. Setiap hari, ia membantu Ayahnya memberi makan dan minum King. Terkadang ia juga membantu menggosok badan King dengan busa sabun.
                Brahma menggosokkan badan King dengan kain kering. Lalu ia memasangkan pelana pada punggung King. Brahma membawa King keluar dari kandangnya. Dengan antusias tinggi, Andi mengikuti Ayahnya. Brahma menggendong Andi dan mendudukkannya ke atas kuda itu. Andi sedikit sempoyongan karena kurangnya keseimbangan.

              “Aku tidak menyangka. Naik kuda ternyata susah juga.” Tangan Brahma memegangi anaknya agar tidak terjatuh.

             “Kamu harus hati-hati. Jaga keseimbangan dan konsentrasilah. Pegang tali kekangnya.” Brahma mulai mengajarinya cara menunggang kuda. 

             “Kalau kamu menarik tali kekangnya terlalu tinggi dan keras, King akan berlari. Tapi kalau kamu menariknya pelan dan santai, King akan berjalan santai. Semakin tinggi dan keras tarikan tali kekang itu, semakin cepat jalan King.” Ucapnya lagi menjelaskan. Andi tersenyum senang. Ia memacu kudanya untuk bergerak. King mulai berjalan santai.

            “Ini ya rasanya berjalan? Seakan-akan aku sedang berjalan dengan kakiku sendiri.” Brahma tersenyum kecil. Air matanya tertahan di pelupuk matanya. Ia mengerti benar bagaimana perasaan anaknya. Anaknya yang lumpuh tidak bisa berjalan dan belum pernah merasakan bagaimana rasanya berjalan. Brahma merasa senang bisa melihat Andi tersenyum bahagia.
                Andi mulai bisa menguasai kudanya. Ia bahkan bisa menunggang kuda sendiri tanpa Ayahnya. Sebenarnya Brahma masih takut kalau Andi tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya dan terjatuh tapi Andi tidak akan bisa bebas menunggang kuda kalau Brahma masih terus memegangi tubuh Andi.
                “Tenang saja. Aku bisa menjaga keseimbangan kok. Lihat, aku bisa berjalan.” Andi menarik tali kekang lebih keras lagi. King berjalan lebih cepat. 

                 “Hati-hati, nak!” teriak Ayahnya panik. Andi tertawa. “Tenang saja, Yah!” Andi terus tertawa bahagia. Angin dingin menerpa kulitnya. Rambutnya bergoyang-goyang tertiup hembusan angin sejuk di pagi hari. Seakan-akan, Ia sendiri lah  yang sedang berlari dengan kedua kakinya.

                  “Jadi ini rasanya belari.” Andi bergumam.
                
                “Sudah! Ayo kembali! Sudah waktunya Ayah bekerja dengan King,” teriak Ayahnya dari jauh. Rupanya Andi dan King sudah berjalan cukup jauh. Andi keasyikkan menikmati jalan-jalannya dengan kuda kesayangannya. Brahma menggendong Andi dan mendudukkannya ke kursi roda. 

                “Padahal tadi seru sekali. Besok, aku naik kuda lagi ya?” Brahma menggeleng. 

                “Kamu kan tidak boleh kecapekkan. Nanti kamu sakit lagi.”

                 “Tapi rasanya seru sekali. Aku mau naik kuda lagi! Selama ini, aku tidak pernah bisa bermain dengan teman-temanku. Mereka semua mengejekku. Aku hanya ingin bermain dengan King. Aku mau bersenang-senang dengannya,” ucap Andi. Air mata mengalir di pipinya. Brahma menghapus air mata Andi. 

              “Ya sudah. Setiap pagi, kamu boleh naik kuda, tapi harus tetap dalam pengawasan ayah.” Andi mengangguk mantap.

                “Terima kasih, Ayah.” Brahma mengecup kening Andi. 

               “Nah, sekarang ayah dan King bekerja dulu ya? Kamu hati-hati di rumah” Andi melambaikan tangannya pada ayah dan King. 

               “Terima kasih juga King. Karena kamu, aku bisa merasakan rasanya berlari dan berjalan,” teriak Andi.
==
Andi mengelus kepala King, sang kuda. Andi mengepang rambut kuda yang menjuntai panjang sehingga tampak rapi dan cantik. 

 “Kamu adalah kuda jantan yang cantik, King," tawa Andi. Ia memberikan rumput-rumputan hijau yang tampak segar. King langsung melahapnya dengan rakus.

 “Ternyata kamu rakus juga ya?” King mengeluarkan suara khasnya lagi. King sudah menjadi sahabatnya. Seringkali, Andi mencurahkan seluruh isi hatinya pada King. 

“Kau tahu King? Aku merasa beruntung karena memiliki sahabat sepertimu. Kamu selalu ada dan selalu mau mendengarkan kisah-kisahku. Aku tahu. Walaupun kamu hanya seekor binatang dan tidak tahu apa yang aku katakan, tapi mungkin kamu juga bisa merasakan bagaimana perasaanku.” Andi menghela nafas berat. 

“Hei! Kamu bicara pada seekor kuda?” celetuk Dimas yang lewat di depan rumahnya. 

“Ya. Aku berbicara dengan kuda. Memangnya kenapa?” Dimas tersenyum geli. 

“Aku tahu, kamu jarang sekali mempunyai teman. Sampai-sampai, kamu mengajak ngobrol kuda karena kesepian. Kasihan sekali.” Ejek Dimas.

 “Walaupun King hanyalah seekor binatang, tapi dia adalah sahabatku. King jauh lebih baik dari pada kamu.” tukas Andi jengkel. Dimas merengut kesal lalu menendang kaki King dengan keras. Spontan, King mengeluarkan suaranya pertanda sedang marah. King yang marah, langsung menyerang Dimas. Andi berusaha menenangkan King. Sampai-sampai Andi oleng dan hampir terjatuh dari kursi rodanya. 

“Andi!” teriak ayahnya dari kejauhan. Brahma segera menolong anaknya.

 “Lihat apa yang sudah kamu perbuat!” teriak Brahma pada Dimas yang ketakutan. 

“Kamu hampir saja mencelakakan Andi!” Dimas menunduk. 

“Maaf. Aku tidak menyangka akan jadi seperti ini.” Dimas langsung berlari pergi. Brahma memeluk Andi. 

“Ayah kan sudah bilang berkali-kali. Hati-hati. King bisa saja membahayakanmu. Bagaimanapun juga, dia cuma seekor binatang,” ucap Brahma. 

“Bagiku, dia bukan cuma sekedar binatang yang bisa dijadikan pekerjaan tapi King adalah sahabatku dan aku tidak mau kehilangan King.” Brahma menghela nafas panjang. 

“Andi, ayah tidak mau kalau sikapmu dengan King terlalu berlebihan. Usia kuda tidak sepanjang manusia. Dia tidak bisa menemanimu selamanya. Suatu saat nanti, dia akan pergi meninggalkanmu. Kamu harus siap untuk itu. Ayah tidak mau melihatmu sedih.” Andi tersenyum sendu.

 “Aku tahu, ayah. Ayah tenang saja.” Andi mengelus King dengan penuh kasih sayang.


“Mulai sekarang, kamu boleh memiliki King seutuhnya,” ucap Brahma.

 “Maksud ayah? Ayah memberikanku kuda kesayangan ayah? King?” tanya Andi masih tidak yakin. 

“Iya. Kamu boleh memilikinya. Dia sudah cukup tua untuk menjadi kuda tunggangan. King pasti capek kalau harus bekerja terus. Lebih baik King berada di rumah dan menemani kamu. Tapi kamu harus hati-hati.” Andi mengangguk sambil tersenyum senang. 

“Iya, ayah. Terima kasih.” 
==


                Andi menunggang kudanya. Ia begitu menikmati pemandangan alam di sekitarnya. Udara yang sejuk dan pepohonan yang rimbun menghiasi jalan setapak. Ia tersenyum senang. Andi bisa merasakan angin sejuk menerpa tubuhnya. Andi ingin menerjang hembusan angin itu. Andi bisa merasakan kaki kuda itu terangkat satu demi satu. Seakan-akan dialah yang sedang berjalan dengan kakinya sendiri.  Suara kaki kuda terdengar merdu di telinganya.

                “King, sekarang kamu adalah kuda milikku. Kamu sudah memberikan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah aku dapatkan. Aku bisa berjalan, bisa berlari, bisa bermain.” Andi membelai King dengan lembut. 

                “Seandainya, aku juga memiliki teman lain," ucap Andi penuh angan.
Tiba-tiba seorang gadis yang seumuran dengannya, menunggang kuda dari arah belakang. Andi menghentikan kudanya. Gadis itu tersenyum menyapanya. 

          “Kudamu lucu. Apa kamu yang mengepang rambutnya?” tanya gadis itu sambil tersenyum. Andi mengangguk. Ia memperhatikan kuda yang ditunggangi gadis cantik itu. Rambut kuda betina itu di potong dan dikuncir dengan begitu cantik. 

         “Kudamu juga cantik.” Andi tersenyum. Sepertinya ia sudah menemukan seorang teman yang ia harapkan. Teman yang sama-sama menyukai kuda. 

         “Tapi, bagaimana reaksinya kalau tahu bahwa kakiku lumpuh? Apa dia akan mengejekku?” tanyanya dalam hati. Ia mulai tampak ragu. King mulai bersuara. Ia berjalan pelan menuju kuda di depannya itu. 

          “Aku rasa, kuda kita bisa jadi teman yang baik,” ucap gadis itu ramah. Andi menepis pikiran negatifnya.

          “Ya. Aku rasa, kuda juga butuh teman dan kita juga bisa menjadi teman kan?” Tanya Andi. Gadis itu tersenyum. Ia mengulurkan tangannya. 

        “Namaku Sara.” Andi tersenyum. Ia juga memperkenalkan dirinya. 

        “Tenang saja. Aku tidak akan melupakanmu. Kamu tetap akan jadi temanku selamanya,” batin Andi sambil mengelus King dengan penuh kasih sayang. King yang sudah membuat hidupnya semakin lebih hidup dan Andi bersyukur bisa memiliki King, sang kuda sebagai sahabatnya.


==THE END==

Komentar

Postingan Populer